PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KACANG KEDELAI DAN KERSEN (Muntingia calabura L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN Nata De Munti

Authors

  • Mochamad Herdi Nurzaman STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

DOI:

https://doi.org/10.36423/pharmacoscript.v2i1.145

Abstract

Indonesia terkenal dengan makanan tempe dengan bahan kacang kedelai. Semakin banyaknya kacang kedelai yang diolah untuk produksi tempe maka makin banyak limbah kulit kacang kedelai yang dihasilkan, tidak  adanya sistem penanganan terhadap limbah yang dihasilkan merupakan tantangan bagi akademisi untuk mengolah limbah tersebut menjadi bahan yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi. Kersen selama ini pemanfaatannya belum optimal, buah kersen yang mempunyai rasa manis hanya dimakan ataupun dibiarkan begitu saja sampai membusuk di atas pohon. Kulit kacang kedelai masih memiliki kandungan protein didestruksi dengan H2SO4 dan K2SO4 menjadi amonium sulfat sebagai sumber nitrogen dan diuji kadar nitrogen nya dengan metode Kjeldahl. Kersen memiliki kandungan karbohidrat diinvertasi menjadi glukosa dan diuji kadar gula nya dengan metode Luff Schoorl. Nitrogen dan karbon digunakan untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum dalam pembentukan selulosa nata. Tujuan dari penelitian ini yakni memanfaatkan limbah kulit kacang kedelai dan kersen sebagai bahan baku pembuatan Nata De Munti. Metode yang digunakan yakni dengan mencampurkan 30 ml ekstrak buah kersen dan 2 gram ammonium sulfat hasil destruksi dengan penambahan konsentrasi inokulum 30%, 35% dan 40% dan dihasilkan produk Nata de Munti. Hasil penelitian untuk angka lempeng total nata dengan penambahan konsentrasi 30%, 35% dan 40% adalah 12,23 x 102 cfu/ gram, 12,59 x 102 cfu/ gram, 12,89 x 102 cfu/ gram. Kadar serat kasar nata dengan penambahan konsentrasi inokulum 30%, 35% dan 40% adalah 1,312%, 1,627%, dan 1,987%. Penambahan variasi inokulum berpengaruh pada ketebalan nata, semakin besar penambahan inokulum maka nata yang terbentuk akan semakin tebal. Kata kunci : limbah kulit kacang kedelai, buah kersen dan Nata de Munti

References

Ajaban.C.A.1962. Studies on Optomum Condition for Nata de Coco Bacterium or Formulation in Coconut Water. Philipine: Philipine Agriculture.

Brooks, F., Butel, S. and Morse S. 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbilogy) buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Dwiari, S.R. 2008. Teknologi Pangan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Fitriani, Shofa. 2012. Pemanfaat Limbah Kulit Tauge Hijau (Vigna radiata) dan Limbah Nanas (Ananas comosus) sebagai Bahan Baku Pembuatan Nata De Pinana [Skripsi]: STIKes BTH Tasikmalaya.

Hidayat, N., Padaga C. dan Suhartini S. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

IPTEK, 2013. http://www.iptek.net.id/ ind/ teknologi_pangan (4 maret 2013)

Litbang Depkes 2013. http://www.p3gizi .Litbang.depkes.go.id (4 maret 2013)

Muchtadi D. 2010. Kedelai Komponen untuk Kesehatan. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Nicklin, J., Graeme-Cook, K. and Kilington R. 2002. Microbiology second edition. United Kingdom:BIOS Scientific Publishers Ltd.

Numiati, phil. 2010. Pengaruh Penggunaan Dosis Gula dan Asam

Cuka Terhadap Perkembangan Acetobacter xylinum dalam Starter

Nata de Coco. Padang: Universitas Andalas.

Osborne, D.R and P. Voogt. 1987. The Analysis of Nutreint in Food. London New York san Francisco: Academic Press.

Pambayun, Rindit. 2002. Teknologi Pengolahan Nata.Yogyakarta: Kanisus.

Pelczar M. J. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid1. Jakarta : UI Press

Sutarminingsih, Lilies. 2004. Peluang Usaha Nata de Coco. Yogyakarta:

Kanisius.

Suriawiria H. U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Penerbit Papas Sinar

Sinanti.

Wikipedia, 2013. Kacang Kedelai. http:// www. wikipedia-kacang kedelai.com (4 maret 2013)

Downloads

Published

2019-02-01